Minggu, 06 November 2011

mengenal keputihan


Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea merupakan cairan yang keluar dari vagina. Keputihan dapat terjadi pada setiap wanita, tanpa memandang usia. Menurut Sarwono (2005), keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat–alat genital yang tidak berupa darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Manuaba 2005).
Keputihan dapat bersifat fisiologis dan patologis (penyakit). Secara fisiologis keputihan terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, pada saat terangsang seksual atau mengalami stress emosional. Keputihan seperti ini wajar, cairan yang keluar cenderung jernih atau sedikit kekuningan dan kental seperti lendir serta tidak disertai bau atau rasa gatal (Sarwono 2005).
Namun apabila cairan yang keluar berlebihan, terkadang menimbulkan rasa gatal, dan bau tidak sedap maka perlu diwaspadai. Penyebab keputihan antara lain:
a. Jamur Candidas atau Monilia
Keputihan paling umum disebabkan oleh jamur Candida spp, terutama Candida albicans yang menginfeksi secara superfisial atau terlokalisasi. Penyakit ini seringkali dalam istilah medis disebut candidiasis vaginal atau vulvovaginal candidiasis (VVC) atau vaginitis candida albinacans (Widayati A 2008).
Gejalanya adalah kemerahan pada vulva di vagina, bengkak, iritasi, dan rasa terbakar serta panas pada daerah vagina. Tanda lain adalah lendir putih berlebihan, dapat berupa gumpalan seperti keju, dan tidak berbau. Penderita terkadang mengalami nyeri atau rasa sakit saat berkemih (Manuaba 2005). Biasanya disebabkan oleh kehamilan, penyakit diabetes melitus, pemakaian pil KB, perubahan kadar hormon, penggunaan celana ketat dengan bahan yang tidak menyerap keringat, dan rendahnya daya tahan tubuh.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Penyebab utama dari keputihan jenis ini adalah suatu jenis binatang satu sel yang disebut Trichomonas vaginalis. Infeksi kuman ini dapat terjadi melalui tangan atau celana tanpa sengaja, atau saling menukar pakaian, lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset (Manuaba 2005). Gejalanya yaitu cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan (Manuaba 2005).
c. Bakteri Gardnella
Penyebab lain dari keputihan adalah bakteri-bakteri menular melalui hubungan seks. Ada dua bakteri yang sangat sering menimbulkan keputihan dan tertular melalui hubungan seks adalah Gonorhoe (GO) dan Chlamydia. Keputihan lain karena bakteri mungkin saja terjadi walaupun tidak melalui hubungan seks. Misalnya disebabkan oleh adanya perubahan dalam vagina serta masuknya kuman-kuman baru. Bisanya bakteri ini juga menimbulkan gejala yang hampir sama dengan penyakit kelamin, yaitu keputihan berupa keluarnya nanah dan berbau sangat menyengat (Caprnito L 2006).
Keputihan yang disebabkan oleh bakteri Gonorhoe (GO) dan Chlamydia adalah keputihan berat dan warna cairan umumnya putih kuning dengan bau yang cukup menyengat. Pada GO sering disertai rasa perih waktu buang air kecil sedangkan pada Chlamydia hal itu tidak begitu terasa. Infeksi bakteri ditandai dengan keluarnya cairan berwarna keabu-abuan, berbau, menyebabkan rasa gatal dan mengganggu (Caprnito L 2006).
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim (Caprnito L 2006).
Keputihan yang disebabkan oleh penyakit menular seksual biasanya ditandai dengan keluarnya cairan yang bersifat ‘cheesy’, berbau dan bercampur darah, sedangkan keputihan yang disebabkan oleh kanker leher rahim ditandai dengan keluarnya cairan yang tidak disertai gatal, biasanya disertai bau busuk.
Patofisiologi
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi, karena batas antara uretra dengan anus sangat dekat. Infeksi terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus. Estrogen berfungsi sebagai penentu glikogen dalam tubuh, dimana glikogen sendiri merupakan nutrisi dari Lactobacillus. Hasil metabolisme yang berupa asam laktat berperan memberi suasana asam di dalam vagina, dengan pH antara 3,8 - 4,2. Pada tingkat keasaman seperti ini maka Lactobacillus akan tumbuh dengan subur sedangkan bakteri patogen akan mati (Daili S & Wresti I 2003)
Apabila keseimbangan tersebut terganggu, misalnya tingkat keasamannya menurun, maka pertahanan alamiah akan menurun dan menyebabkan vagina menjadi rentan mengalami infeksi. Ketidakseimbangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kontrasepsi oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause, serta penggunaan celana ketat dengan bahan yang tidak menyerap keringat (Daili S & Wresti I 2003).
Ketidakseimbangan ini menyebabkan tumbuhnya jamur, bakteri, parasit, virus, dan kuman-kuman yang lain di dalam vagina. Perubahan keasaman dalam vagina tersebut menyebabkan jamur, bakteri, parasit, virus, dan kuman-kuman lain mudah tumbuh subur sehingga terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan fluor albus (keputihan), yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan (Daili S & Wresti I 2003).
Treatment
Seringkali seseorang merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang menderita keputihan tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter dan langsung diobati menggunakan obat keputihan yang dijual bebas. Tindakan tersebut cukup berisiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas terapi tidak tercapai juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga jamur semakin kebal dengan obat.
Dari segi farmakologi, keputihan dapat diatasi dengan obat, salah satunya adalah obat minum dosis tunggal (sekali konsumsi) dengan resep dokter, dimana selain penggunaannya yang praktis dan sederhana juga terbukti efektif dan aman mengatasi jamur candida penyebab keputihan.
Pengobatan keputihan dilakukan dengan menggunakan obat anti jamur untuk keputihan. Tindakan tanpa obat yang mendukung penyembuhan dapat dilakukan dengan mengindari penggunaan sabun atau parfum vagina untuk mencegah iritasi, menjaga agar area bagian kewanitaan tetap bersih dan kering dan menghindari penggunaan pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat. Meminum minuman yogurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus setiap hari dapat mengurangi kemungkinan kambuhnya keputihan (Prawirohardjo S 2002).
Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Purwantiastuti 2004).
Anjuran Gizi
Menurut Gunawan A (1999), pola makan yang sehat dapat membantu mencegah keputihan. Keputihan tidak dapat diobati apabila pola makan yang dilakukan masih belum baik, misalnya tidak mengkonsumsi buah setelah mengkonsumsi makanan tinggi protein atau pati, karena hal tersebut dapat menyebabkan fermentasi atau pembusukan makanan. Fermentasi atau pembusukan akan memicu produksi mucus atau lendir berlebihan dalam tubuh. Semua buah apabila dimakan setelah makan makanan tersebut akan menyebabkan kondisi seperti itu.
Langkah selanjutnya adalah mengurangi makanan yang manis-manis, makanan yang mengandung karbohidrat olahan misalnya gula, kue bolu, cake, biscuit, lain sirup maple dan semua makanan atau minuman yang mengandung bahan tersebut, minuman beralkohol, makanan yang mengandung asam cuka, kacang tanah, pistasio, kacang mede, kecap, susu, softdrink, buah kering, makanan olahan, kopi dan teh.  Makanan tersebut dapat meningkatkan populasi bakteri penyebab keputihan (Anonim 2007 b).
Penerapan pola makanan seimbang perlu diterapkan untuk mencegah infeksi jamur vagina yaitu dengan menjaga asupan cukup cairan, minimal 8 gelas per hari baik dalam bentuk minuman maupun makanan, asupan cukup serat dari buah dan sayuran (Gunawan A 1999).
Yogurt baik untuk membatasi aktivitas jamur dan bakteri penyakit. Yogurt yang sebaiknya dikonsumsi adalah yogurt polos (plain) yang tidak mengandung gula dan pewarna, serta mengandung bakteri Lactobactiluss acidophilus. Bakteri tersebut berfungsi sebagai penghambat perkembangbiakan jamur candida penyebab keputihan (Gunawan A 1999).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar